Breaking News

Aglomerasi BPS Yang Membutuhkan Kehadiran Pemuda

OPINI: By Rachman


Aglomerasi atau udik yang perlu pemuda. Dan sudah semestinya dimana Desa yang penuh teka teki ini harus di pimpin oleh yang muda. Sebut saja Desa BPS yang kerap di cibir dengan desa yang tertinggal. Kenapa..? Sebabnya apa..?. Sebagai penulis saya tidak akan menjawab sebab akibat tersebut, namun saya akan lebih pada bagai mana pemuda berperan untuk andil membangun desa, mengubah perilaku atau kebiasaan yang mengekang kemajuan, mengubah tatanan desa yang merugikan bangsa, dan pemuda harus berpikir maju, bukan berpikir mundur.
LOTIM BumiGoraMedia.com - Desa merupakan salah satu yang paling mendasar penyokong kemajuan Negara, Desa juga barometer yang menentukan lemahnya perekonomian bangsa. Justru itu, jika kita berbicara mengenai pembangunan sebuah desa adalah hal yang sangat menarik, karena Desa merupakan harapan kemajuan sebuah bangsa, paradigma yang selama ini terjadi, banyak orang menganggap desa dan masyarakatnya tertinggal, paradigma itulah yang selama ini terbangun di pemahaman orang banyak.

Paradigma tersebut juga mengamini jika seolah-olah untuk sukses haruslah ke kota besar, paradigma itu harus segera ditinggalkan. Oleh karena itu membangun sebuah desa adalah harga mati yang harus segera direalisasikan.

Masa sekarang ini gerakan pemberdayaan desa semakin banyak. Gerakan-gerakan tersebut kebanyakan dimotori oleh pemuda. Kini terlihat sudah kesadaran pemuda akan pentingnya memberdayakan desa yang kita ketahui sesungguhnya memiliki banyak potensi dan kekayaan alam. Tentunya gerakan-gerakan pemuda ini adalah hal yang menggembirakan bagi kita semua.

Bentuk gerakan yang berorentasi dari desa untuk desa bermacam-macam. Ada yang fokus di bidang pendidikan dan keterampilan. Gerakan ini berupaya memberikan pendidikan kepada mereka yang tak mampu melanjutkan sekolah dan memberi bekal keterampilan tambahan, yang nantinya bisa menjadi modal membuat sebuah produk yang laku dijual.

Ada pula gerakan yang lebih fokus kepada pendampingan petani-petani di desa. Gerakan macam ke dua ini, mengorganisir petani-petani desa, bahu-membahu mencapai kesejahteraan bersama.

Selain dua contoh di atas, masih banyak lagi macam gerakan pemberdayaan desa yang digawangi para pemuda, seperti gerakan pemuda anti narkoba yang mana memberikan pemahaman terhadap pemuda agar bisa bergaul tanpa narkoba dan menjadikan pemuda yang berakhlak tanpa narkoba. Atau seperti gerakan yang mencoba menggali potensi desa, seperti memproduksi kopi khas desa tertentu, atau membuat desa pariwisata.

Sebagai orang desa, paradigma kita yang harus diubah. Membangun desa itu bukan dari kota, tapi kebalikannya “membangun kota dari desa” (jadi desa dulu yang harus kita bangun).

Desa sudah menyediakan ladang kreativitas luar biasa, kadang kita ingin “instan”. Sehingga kita terhipnotis oleh angan-angan kebahagiaan semu. Padahal, daya tarik dari kota sebenarnya adalah “penindasan”, kita adalah orang-orang tertindas. Dan kita tidak sadar meng-“amini” ketertindasan kita dengan nilai-nilai semangat juang; nilai-nilai patuh, takut, malu, menerima, siap grak membuat kita hanya sebagai robot dari para penindas.

Pemuda kebanyakan tenggelam dalam situasi yang menindas, represif, dan tidak mampu lagi menyadari keberadaan dirinya. Mereka larut dalam iklim penindasan yang masif dan tidak mempunyai partisipasi aktif dalam tiap-tiap masalah yang muncul di tengah masyarakat (desa).

Hari ini kita sudah mengetahui permasalahan yang ada, hari ini kita sudah ketahui bahwa banyaknya potensi yang ada di desa. Namun sampai saat ini kita belum juga sadar akan semua itu, seakan-akan kita tidak tahu dan tidak mau cari tahu.

Jadi, penulis mengambil kesimpulan, bahwa hari ini pemuda sangat dibutuhkan untuk membangun desa. Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan ataupun dalam pengembangan desa.

Jangan malu dengan sarjana kalian, karena sesungguhnya ilmu yang kita dapatkan pada bangku kuliah adalah ilmu yang memang seharusnya untuk disalurkan pada orang banyak, agar lebih berguna dan bermanfaat bagi orang banyak dan khususnya bagi desa tercinta.

Walaupun berbagai gerakan pemberdayaan desa banyak bermunculan seperti dijelaskan di awal tulisan, namun belum merata. Bahkan mungkin dari beberapa pemuda yang punya kesempatan belajar sampai tingkat universitas, setelah lulus belum banyak yang minat kembali ke desa, dan menjadi sarjana untuk desa.

Kita adalah pemuda asli desa. Maka tak ada salahnya yang muda harus memimpin desa untuk mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang telah di dapatkan.

0 Komentar

© Copyright 2022 - BumigoraMedia