Breaking News

Gerakan HIMMAH NWDI Dalam Memajukan Indonesia


Opini Oleh: Muhip Abdul Majid


FOTO: Muhib Abdul Majid.

LOTIM BumiGoraMedia.com - (01/04/2021). Hari ini kita saksikan bersama bahwa kampus-kampus negeri maupun suasta belum mampu mencetak mahasiswa sebagai Agent of Change dan Social Control secara keseluruhan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Hal ini ditandai denggan masih banyaknya para lulusan perguruan tinggi yang memiliki mindset yang nyaman pada kesuksesan peribadi tanpa memikirkan keadaan lingkuggan sekitar. Bahkan yang lebih parah lagi masih banyak para lulusan serjana yang menjadi beban di tengah-tengah kehidupan masyarakat, tidak tahu apa yang harus dikerjakan untuk menjadi  orang yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia  yang sama-sama kita cintai.

Kemudian  Kampus jugak belum mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang memiliki pola pikir yang inovatif , kreatif,  handal, serta kampus saat ini lebih cenderung  pada aspek akademik semata dan mengesampingkan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu giroh mahasiswa untuk berorganisasi cukup rendah  dan kalaupun berorganisasi pemahamanya masih dangkal. Mengutip katanya Fadjroel Rahman mantan aktifis mahasiswa era’ 80-an “Saya melihat organisasi kampus sudah tidak begitu menarik bagi mahasiswa. Setidaknya, ada pergeseran doronggan berorganisasi mahasiswa sekarang dengan era’ 80-an. Dulu, mahasiswa berorganisasi karena ada dorongan agar bisa berkiprah secara politis. Saat ini, tidak sedikit mahasiswa yang kalaupun berorganisasi, lebih karena dorongan untuk memenuhi  CV (Curriculum Vitae) sebagai alat melamar kerja.”

Kalok kita kembali mencermati sejarah sepak terjang gerakan mahasiswa Indonesia sejak masa Orde Lama (Orla), Orde Baru (Orba) sampai dengan era Reformasi. Kita akan menemukan perbedaan karakteristik  gerakan mahasiswa pada setiap masanya. Misalnya Gerakan Mahasiswa Masa Orde Lama sejak tahun 1945-1966, pada era itu pak Sukarno yang menjadi peresiden  pertama Indonesia yang sah. Karakteristik gerakan mahasiswa pada era itu lebih cenderung kepada mahasiswa sebagai gerakan intelektual atau cendekiawan. Karna pada saat itu, mahasiswa ikut “meramaikan” perdebatan dan diskusi mengenai bagaimana dan seperti apa dasar negara yang harus dipakai oleh Indonesia yang baru merdeka itu untuk menjalankan roda pemerintahanya. Walupun tentu saja, demonstrasi-demontrasi yang merupakan ciri dari gerakan mahasiswa masih ada.

Selanjutnya Gerakan Mahasiswa Masa Orde Baru dan Awal Reformasi sejak tahun 1966 – 2004, pada saat itu di bawah pemerintahan presiden kedua Indonesia bapak Soeharto yang berlangsung selama 32 tahun. Karakteristik gerakan mahasiswa lebih cenderung kepada gerakan politis. Selama 32 tahun gerakan mahasiswa mahasiswa mendapatkan tekanan dari penguasa Orba, sampai akhirnya gerakan mahasiwa mendapatkan kebebasan saat menjatuhkan rezim Soeharto pada  21 Mei  1998.  Tidak lama setelah Orba jatuh, tidak sedikit aktivis-aktivis mahasiswa yang awalnya menentang rezim penguasa kemudian justru masuk ke dalam kekuasaan. Hal ini yang mengundang keritikan dari para aktivis mahasiswa, walaupun  yang pero juga banyak.

Kemudian melihat hal itu, banyak para aktivis yang tadinya kritis kepada para penguasa saat menjadi mahasiswa namun setelah itu menjadi bagian dari penguasa, karena untuk bertahan hidup di era kapitalisme dengan anak kandungnya hedonisme dan konsumerisme, gerakan mahasiswa 10 tagun belakangan ini lebih cenderung kepada dunia bisnis. Istilah lainya yaitu entrepreneur. Kalok kita perhatikan belakangan ini, kampus-kampus banyak mengadakan acara-acara sminar mengenai dunia bisnis. Intinya acara seminar dan pelatihan itu berisi bagaiamana menjadi pembisnis yang sukses dimulai sejak mahasiswa. Barangkali melihat kesuksesan -kesuksesan para pembicara dan pejabat pemerintahan pada saat ini kebanyakan berlatar belakang dari para pengusaha, kita ambil contoh seperti Presiden  Joko Widodo, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno dan Menteri BUMN Erick Thohir, Semua pejabat tersebut berlatar belakang dari background pengusaha.

Gerakan mahasiswa di era 4.0 dibidang ekonomi untuk menjadi pengusaha  adalah sebuah gerakan yang mulia, karna mahasiswa enterepereneur dapat membantu masyarakat bahkan teman-temanya sendiri dari monster yang bernama pengangguran. Tapi pada sisi yang lain, banyak mahasiswa yang meraih cita-citanya menjadi pengusaha sampai melupakan kuliahnya, dunia akademis. Bisnis boleh, tapi ilmu jauh lebih penting. Jika dua-duanya (bisnis dan kuliah) bisa berjalan secara bersamaan kenapa tidak? Di luar itu, masih ada mahasiswa yang masih tetap keritis dan melakukan demonstrasi-demontrasi menentang setiap kebijakan penguasa yang dinilai merugikan rakyat. Sehingga angapan sebagian masyarakat mengenai demonterasi itu tidak jarang sering ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan orang atau kelompok tertentu , yang bersifat politis, tidak menyuarakan aspirasi rakyat dapat berkurang bahkan hilang dengan adanya kemandirian financial di kalangan mahasiswa.

Oleh karna itu pada gerakan mahasiswa HIMMAH NWDI hari ini harus adanya pembagian tugas yang baik. Harus ada masiswa HIMMAH NWDI yang fokus dalam dunia ekonomi, gerakan politik dan dunia pendidikan. Tentu dengan harapan kemampuan mahasiswa HIMMAH NWDI dalam hal ekonomi, politik dan intlektual bisa melekat dan menjadi kesatuan yang utuh serta ditompang oleh ahlaq, spiritual dan keimanan yang kuat seperti apa yang dicita-citakan oleh penciptanya Pahlawan Nasional Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Sehingga dengan modal gerakan mahasiswa HIMMAH NWDI ini lah, masyarakat menaruh harapan yang besar, dalam mengapai Indonesia maju dan SDM unggul seperti apa harapan dari peresiden Joko Widodo.

Penulis :Muhib Abdul Majid.





0 Komentar

© Copyright 2022 - BumigoraMedia