Breaking News

SEPENGGAL CERITA PENYINTAS COVID-19

Sang Penulis: Supardi, Putra Asal Desa Bagik Payung Selatan.

LOTIM BumiGoraMedia.com - Pada tulisan ini, saya ingin berbagi cerita setelah tanpa sadar pernah terinfeksi virus covid-19. Saya mengalami long covid (Covid berkepanjangan) sampai hampir 1 bulan, terhitung dari tanggal 6 Agustus s.d. 4 September 2021. Hari terakhir isolasi Mandiri saya adalah tanggal 2 September, namun saya tambah lagi 3 hari.  Lucunya, saya baru tahu bahwa saya terinfeksi virus covid-19 ini justru setelah saya merasa terbebas dari gejala gejalanya. Perlu dimaklumi bahwa. apa yang akan saya sampaikan ini tidak mewakili keabsahan penjelasan secara akademis-saintifik terkait penomena covid-19. Ini hanya pengalaman pribadi, Bisa jadi, keluhan yang dirasakan pada setiap orang pada saat terinfeksi virus ini berbeda beda sebagaiman tigkat keparahan gejalanya juga berbeda beda, mulai dari tanpa gejala sama sekali, gejala ringan, sedang sampai gejala berat. Yang lebih pantas dan punya kapasitas untuk menjelaskannya sudah barang tentu para ahli, dokter, saintis dan juga para peneliti. 
Kilas balik sedikit,  tanggal 5 sampai dengan 6 Agustus 2021 saya merasakan kondisi saya kurang sehat. Gejala yang saya rasakan yakni hanya  demam. Pada hari pertama demam ringan, kemuudian dihari kedua, demam lumayan tinggi dan pusing sehingga saya tidak bisa ikut juma’atan. Hari Jumat pagi, tanggal 6 Agustus saya memeriksakan diri ke kepuskesmas dan diberikan resep obat penurun panas, antibiotic, anti radang dan juga obat batuk, karna saya juga ada gejala batuk walaupun sedikit.  Alhamdulillah, 2 hari kemudian saya bisa baikan,  badan sudah tidak demam lagi. Hari senin saya masuk sekolah, seperti biasa walaupun tidak mengajar di kelas. Saat itu, keluhannya batuk dan hidung rasanya agak tersumbat, tapi tidak terlalu parah. Saya menduga bahwa, sakit yang saya alami 3 hari kemarin disebabkan oleh peradangn sisnus (pilek menahun) yang memang sudah menjadi penyakit “langganan” saya. Meski demikian, sejak tanggal 6 agustus tersebut saya sudah mengambil langkah antisipatif dengan memisahkan  diri tidur dengan anak anak, menjaga jarak dan selalu memakai masker di dalam rumah. 
Pada hari senin tanggal 9 Agustus, giliran anak saya yang nomor 1 dan istri saya berbarengan mengalami gejala flu dan demam. Sore harinya langsung saya suruh pergi berobat ke klinik. Untuk sementara,  Keesokan harinya, Selasa sore tanggal 10 Agustus 2021, Anak saya yang nomor 2 dan nomor 3 karna tidak mengalami gejala apa apa saya ungsikan ke rumah orang tua di kampung, untuk berjaga jaga jangan sampai mereka ikut tertular flu seperi kakak dan ibunya. Saya sendiri balik ke rumah merawat mereka berdua. Syukurlah, pada hari ketiga mereka sudah baikan. Hanya saja penciuman mereka masih belum normal.
Setelah, anak dan istri saya sembuh, Jumat 13 Agustus 2021, demam saya kambuh lagi, masih disertai batuk yang belum  juga reda bahkan agak keras, dan hidung masih mampet, yang menyebabkan saya agak kesulitan bernafas saat berbaring.  Saya menduga mungkin karna kecapean merawat anak istri sehingga saya demam lagi.  Lantas sore harinya saya pergi sendiri berobat ke klinik. Oleh dokternya saya di kasih resep obat yang hampir sama seperti yang dari puskesmas 1 minggu yang lalu. Tidak sampai 3 hari kemudian,  saya bisa pulih lagi. Hanya saja, tinggal batuknya yang belum reda, masih terus berlanjut, namun intensitasnya sudah mulai berkurang dan tidak teralalu keras lagi. Tanggal 18 agustus, saya sudah merasa benar benar sembuh sehingga bisa beraktifitas normal kembali. Total sekitar 8 hari saya sakit, dengan keluhan Demam, pusing, Batuk dan pilek (hidung tersumbat).  Adapun indra penciuman saya, sejak Tahun 2016 memang sudah tidak berfungsi lagi  akibat dari penyakit sinus.
Hingga sampai saatnya, saya dikejutkan dengan kenyataan bahwa saya terinfeksi virus covid-19, itu baru tahu pada saat saya sudah merasa sembuh total. Bagaimana bisa? Kronologisnya, pada tanggal 20 Agustus saya bersama seorang teman pergi melakukan swab antigen karna ada keperluan untuk mengikuti diklat CKS nanti tanggal 21 Agustus. Hasil tes antigen yang dibawa harus negative sebagai syarat ikut diklat. namun saya sungguh shock saat mengetahui bahwa hasil yang saya dapatkan justru  sebaliknya; “POSITIF“  (reactive possible covid-19).. Dari hasil wawancara singkat dengan petugas, saya dikategorikan reaktif tanpa gejala (OTG) karna memang saya merasa sehat baru sembuh dari sakit. Sesuai protocol, saya kemudian diharuskan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah terhitung dari tanggal 20 Agustus s.d. 2 September 2021. kabar ini, tidak saya beritahukan kepada teman-teman dan keluarga saya di kampong, kecuali istri saya, itupun secara samar samar saja saya sampaikan, supaya mereka tidak cemas.  Sejak saat itu saya menghilang dari pertemuan keluarga dan juga sahabat sahabat saya di kampung. 
Selama melakukan isolasi Mandiri, saya tidak minum obat apapun, kecuali multivitamin yang saya beli sendiri diapotik. Saya berfikir  bahwa barangkali virus sinus saya belum bersih atau belum hilang sama sekali sehingga begitu dilakukan swab antigen hasilnya positif. Saya terus meyakinkan diri saya bahwa bisa jadi itu virus tapi bukan viris covid-19, melainkan virus sinus saya. Pikiran semacam ini, secara tidak sadar justru sangat membantu saya untuk bisa tenang dan tidak tertekan selama menjalani isolasi mandiri di rumah. Sebab, akan sangat berbahaya sekali manakala kita sedang terjangkiti virus ini, lalu kita stress karnanya, hal ini akan memicu penyakit penyakit lain bermunculan satu persatu. Singkatnya, saya melanjutkan kegiatan isolasi mandiri yang sebelumnya sempat saya lakukan pada saat sakit. Tapi kali ini lebih ketat, anak anak tidak saya perkenankan mendekati saya, walaupun sebenarnya saya ingin sekali memeluk mereka satu persatu. Makan dan minum dengan memakai peralatan tersendiri, setelah selesai, saya cuci sendiri dan menaruhnya ditempat terpisah. Sampai seperti itu saya menjalankan protokol isoman di rumah.
Selanjutnya, Untuk lebih menyakinkan diri saya, apakah betul postif covid-19 atau bukan, saya mau melakukan test PCR, semula saya ragu namun kemudian hal paling kuat yang mendorong saya untuk melakukannya adalah pertimbangan keselamatan keluarga saya, terutama anak anak saya yang masih kecil. Jujur saja saya sangat takut jika mereka terpapar akibat ketidak tahuan saya. Kemudian tanggal 30 Agustus saya melakukan test PCR di Rumah Sakit Umum Selong.  Keesokan harinya tanggal 31 Agustus  sekira jam 9.00 pagi saya dihubungi lewat SMS oleh petugas Rumah sakit agar mengambil hasil test PCR tersebut. Walapun sejak awal saya merasa yakin bahwa hasilnya pasti negatif, saat sampai di RS tidak urung saya  merasa tegang juga. Sebuah amplop berisi surat ketarangan hasil test PCR diserahkan kepada saya, dan hasilnya “POSITIF”. Bisa ditebak bagaimana perasaan saya waktu itu, ini adalah hasil final yang sungguh sangat tidak saya harapkan. Sesuai protocol, petugas RS selanjutnya mengarahkan saya untuk melaporkan diri ke Puskesmas terdekat. Dalam perjalanan, pulang, perasaan saya sudah tidak karuan, cemas, takut dan juga stress campur aduk. Tiba di rumah, saya langsung lemas dan duduk termenung. Mental saya kena dan langsung down seketika.  Teringat nasib keluarga saya, anak anak saya yang masih kecil. Segala fikiran yang tidak tidak berdatangan dikepala saya, jujur saya sedikit stress sehingga memicu asam lambung. Cukup lama saya berpikir langkah apa selanjutnya yang harus saya lakukan, saya belum menyampaikan hal ini kepada istri dan anak anak saya, apalagi keluarga saya dikampung, sejak awal memang saya sudah berencana untuk tidak memberi tahu, takut mereka akan ikut kaget mendengarnya. 
Semula saya berfikir, tidak perlu melapor ke Puskesmas, namun Setelah menimbang baik buruknya, hari itu juga saya mengambil keputusan untuk pergi ke Puskesmas melaporkan diri  tentang hasil Test PCR saya.  Oleh dokter di puskesmas, saya diminta pulang dulu, lakukan isolasi mandiri dirumah selama 10 hari kedepan lagi. Untuk selanjutnya Petugas dari puskesmas nanti akan menyusul ke rumah untuk melakukan contact tracing kepada seluruh anggota keluarga saya. Begitu saya sampai rumah, saya baru bisa  menyampaikan berita ini kepada anak anak dan istri saya bahwa saya dinyatakan positive terpapar covid 19, saya sampaikan juga bahwa petugas puskesmas akan datang ke rumah untuk melakukan contact tracing. Anak saya sempat shock dan hampir mau menangis karna takut untuk di swab, tapi kemudian meraka berhasil saya tenangkan semua. 
Pada hari Rabu tanggal 1 September 2021 petugas dari puskesmas Kerongkong, melakukan visit kerumah dalam rangka contact tracing terhadap seluruh anggota keluarga saya. Sebelumnya saya sudah mewanti wanti kepada puskesmas, supaya jangan sampai bikin heboh kalau datang ke rumah, takutnya nanti kalau tetangga pada tau, malah bikin susah, karna tidak sanggup menerima sangsi sosial dari masyarakat, dan petugas tersebut faham, sehingga datang sendiri ke rumah layaknya seorang tamu biasa.  Kepada petugas puskesmas, saya menceritakan kronologis lengakapnya seperti yang sudah saya ceritakan diatas. Sebelumnya saya berkeyakinan bahwa saya itu pasien yang terinfeksi covid-19 dengan kategori tanpa gejala (OTG). Ternayata dugaan saya keliru. Setelah petugas mendengarkan kronologis lengkapnya, bahwa2 minggu yang sudah lewat sebelum saya melakukan swab antigen saya pernah sakit namun sembuh, Petugas tersebut menyimpulkan bahwa, sebenarnya saya itu bukan tanpa gejala. Saya itu pasien bergejala dengan kategori sedang karna pernah sakit sebelumnya, besar kemungkinan pada saat swab antigen dilakukan bisa jadi sudah sembuh dari gejala covid-19, namun virusnya masih ada mengendap dalam tubuh sehingga masih terdeteksi. Secara teori, jika dihitung dari sejak tanggal saya sakit sampai dilakukan swab, virusnya sudah melewati masa inkubasi,yakni 14 hari. Patut diduga virus yang terdeteksi pada saat swab tersebut adalah virus yang daya penularannya sudah sangat lemah bahkan sudah tidak mampu menularkan lagi, bisa jadi sudah mati. Ini yang menyebabkan selama melakukan isolasi mandiri sejak tanggal 20 Agustus sampai tanggal 2 september tidak muncul keluhan apa apa, karna memang virus yang terdeteksi tersebut sudah tidak aktif lagi, dengan kata lain yang tersisa tinggal “bangkainya” saja. Mendengar penjelasan tersebut, saya mulai tenang walaupun belum sepenuhnya karna saya masih memikirkan anak anak saya. Untuk, itu saya meminta kepada petugas tersebut untuk melakukan test swab kepada istri dan anak anak saya agar saya bisa mengambil langkah selanjutnya, dan petugas mengiyakan. Sebelum pamit, petugas Puskesmas hanya memberikan saya Vitamin C, dan Vitamin B, untuk saya konsumsi karna saya tidak ada gejala lagi. 
Keesokan harinya, hari kamis tanggal 2 September 2021 istri dan anak anak saya diminta datang ke puskesmas untuk dilakukan swab antigen. Alhamdulillah, biiznillah, semuanya negative. Saya tidak henti hentinya mengucap syukur kepada Allah SWT, karna Dia sudah menjawab doa doa saya. Semangat saya timbul kembali, sehingga tanpa sadar imun saya pun semakin meningkat.  
Selama saya melakukan isoman, saya secara instens berkonsultasi dengan petugas dari Puskesmas tentang kondisi saya leawat WA. Disitu saya curhat, dan sungguh saya sangat bersyukur sekali karna petugas dari puskesmas dengan sabar mebantu saya, meberikan penjelasan, memberikan motivasi dan pendampingan kepada saya, hal ini sangat membantu saya dalam menata pikiran saya sehingga tidak stress. Untuk itu, kredit khusus kepada nakes (Satgas covid-19 Puskesmas kerongkong) yang cepat tanggap dan telah bersedia mendengar keluh kesah saya.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa, yang membuat virus ini akan semakin memperparah kondisi pengindapnya adalah munculnya pikiran pikiran negative yang berakibat pada tekanan psikis (stress). Pada saat kita menderita sakit akibat virus ini resiko stress sangat besar, sehingga mempengaruhi daya tahan tubuh,  imun semakin melemah. Akibatnya kemudian, penyakit penyakit lain bermunculan sehingga memperparah kondisi kita. Untuk, itu, jika sekiranya sedang terapapar covid-19, seperti saran dokter, pertama tama yang harus kita lakukan adalah bersikap tenang, jangan stress.  Saat pikiran tenang, semua obat teraphy yang diberikan dokter baru bisa bekerja dengan maksimal, bahkan tanpa obatpun kalau pikiran tetap tenang, bisa sembuh sendiri. Pada kasus ini, saya merasa terbantu dan bersyukur karna saya mengetahui diri saya posif terpapar covid-19 justru setelah saya sembuh dari gejala gejala nya. Saya tidak bisa membayangkan, seperti kondisi saya, jika sekiranya pada saat saya sakit lalu melakukan tes swab dengan hasil positif seperti itu.  
 Berdasarkan pengalam pribadi tersebut, saya ingin berbgai tips kepada semuanya, jika mengalami kondisi seperti yang saya alami seperti Flu/pilek disertai demam yang walupun anda yakini itu bukan covid-19, ada baiknya lakukan antisipasi dengan melakukan langkah langkah berikut: Pertama; Isolasi diri. Usahakan tidur terpisah dari anggota keluarga yang lain. Paling tidak jaga Jarak dengan anggota dan selalu kemakan masker  baik saat keluar rumah, lebih lebih saat berada di dalam rumah.  Terutama saat berintraksi dengan anggota keluarga, jangan sekali kali melepas masker. Kedua, Minum obat dan paksakan diri makan yang banyak. Jangan menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa anda tidak perlu minum obat, nanti juga sembuh sendiri. Paling tidak therapy dengan ramuan atau jamu yang biasa anda minum. Jangan lupa berjemur di pagi dan sore hari. Jika dalam 2 hari tidak ada tanda tanda akan baikan, segera Priksakan diri ke dokter. Jika gejala nya masih berlanjut walaupun sudah berobat ke dokter, apalagi disusul dengan batuk dan susah nafas baik karna hidung tersumbat atau sesak, teman teman harus ekstra hati hati. Perketat prokes. Rajin minum obat, dan vitamin. Lakukan itu minimal 10 hari. Berikutnya, Tenangkan Fikiran (berfikir positif, kalau punya kuota internet melimpah, banyak banyak menonton video lucu, main game juga silakan yang penting menghibur. Asal jangan sekali kali membuka link berita berita horor, apalagi berita tentang korona. Bahaya, bisa membuat imun anda drop. Selanjutnya.Tunda dulu Test Swab nya. Jangan terburu buru berfikir untuk melakukan rapid test atau swab antigen jika tidak dalam keadaan mendesak selagi anda masih mengalami gejala dalam kategori sedang atau ringan. Dikhawatirkan nanti anda akan stress jika mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan keinginan anda (hasil positif). Terakhir Ikut Vaksin. segera melakukan vaksinasi, karna manfaatnya sangat besar. Saya merasakan betul manfaatnya,  Itu sangat membantu meringankan keluhan kita jika suatu saat kita terinfeksi virus ini.
Pesan saya kepada teman semua, jangan terlalu percaya diri bahwa anda tidak akan mungkin terpapar virus covid-19 ini. Penyebaran virus ini sudah tidak kenal waktu dan ruang, siapapun kita, dimanapun kita berada, sama sama punya resiko ikut tertular. karna, sangat sulit sekali mendeteksi siapa yang yang menjadi pengantar atau pembawa virus ditengah tengah kita. Saya ini termasuk orang yang mobilitas nya bisa dikatakan sangat minim, jarang pergi jauh dan berkerumun, rutinitas saya, hanya ke sekolah mengajar, kalau sempat, pergi jalan jalan ke sawah. tapi ternyata bisa terpapar juga. Saya tidak tahu, dari mana dan dari siapa saya tertular.  Apalagi teman-teman yang mobilitas/pergerakan yang cukup tinggi, sering keluar main dan berkerumun dengan orang yang tidak jelas, maka resiko kemungkinan tertular virus sangat besar..  
Teruntuk yang sudah berkeluarga dan memiliki anak kecil, saya mengingatkan, bahwa anda akan tahu rasanya sepertia apa kecemasan yang akan anda alami jika sekiranya suatu saat terapar virus ini kemudian menular juga kepada anak anak anda. Kalau hanya kita sebagai orang tuanya saja yang terpapar, barangkali tidak masalah karna imun kita masih bisa diandalkan untuk bertahan, apalagi yang sudah vaksin. Tapi jika anak kita yang masih kecil ikut terpapar juga, sementara imun mereka masih  lemah, ini yang jadi masalah, sehingga akan menambah beban pikiran kita, cemas dan takut akan nasib mereka. Jangankan sakit karna kena virus korona, anak kita saat  sakit demam biasa saja, kita yang jadi orang tua nya sudah begitu paniknya. 
Terakhir, dalam pandangan pribadi saya, bolehlah teman teman meremehkan penyakit ini, silakan dispelekan, anggap saja sama seperti penyakit yang biasa anda hadapi. Namun anggapan semacam ini cocok nya dipakai saat anda sudah kadung terpapar dan menderita sakit karna covid-19, tujuannya supaya anda jangan sampai stress memikirkannya. Namun tatkala masih sehat, dan belum terinfeksi, sikap kehati hatian itu mutlak.. Untuk itu, sekali lagi, jika anda saya pada orang orang terdekat anda, tetaplah disiplin menjaga protocol kesehatan selama pandemic ini masih berlangsung.  Sangat boleh jadi kita bisa lolos dari kematian , tapi belum tentu bisa lolos dari dari dampak dan keluhan lanjutan yang menurunkan kualitas hidup kita, karna keluhan lanjutan bagi penyintas Covid-19 kemungkinannya sangat besar.  Semoga kita semua tetap dilindungi oleh Allah SWT, dan berharap bencana ini segera berakhir. Aamin.
Lombok Timur, 5 September 2021. 

Penulis: Supardi.

0 Komentar

© Copyright 2022 - BumigoraMedia